Kapolres Donggala Sebut Adhar Meninggal Karena Asma



Kapolres Donggala Sebut Adhar Meninggal Karena Asma. Kapolres Donggala AKBP Stans Laus Ferdinand Suwarji membantah ada warganya yang meninggal akibat kelaparan pasca gempa 7,4 SR disertai tsunami. Adapun penyebab kematian warga yang bernama Adhar, 65, itu akibat terserang penyakit asma.
“Informasi dari masyarakat bahwa almarhum meninggal karena sakit asma dengan mag. Informasi tersebut dari anak almarhum, Abdul Rahman,” ujar
Kebenaran itu didapatkan setelah Kapolsek Balaesang Iptu Umar bersama Kanit Reskrim Bripka Harsadi serta Anggota Intelkam Sektor Balaesang Brigpol Nursyahid mengecek langsung kabar kematian warga tersebut ke Desa Malei, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala,
Setibanya di sana, mereka bertemu dengan Ketua PPK Balaesang Tanjung, Sukiman dan langsung menuju ke rumah almarhum Adhar di Dusun IV. Pihak kepolisian pun bertemu dengan keluarganya.
Penjelasan dari mantan istri korban bahwa sehari setelah gempa dan tsunami yang turut menyambar Donggala, korban masih terlihat mengendarai sepeda motornya untuk mencari keluarga. Adhar masih tampak sehat.
Anak korban, Abdul Rahman kemudian menjelaskan, dirinya lantas mendapatkan informasi bahwa ayahnya meninggal dunia, dua hari setelah gempa. Adapun yang menyampaikan informasi tersebut adalah sesorang tetangga bernama Arsad. Dikatakan bahwa Adhar meninggal dunia karena asma.
Sebelumnya diberitakan seorang warga, korban dampak gempa dan tsunami di Desa Malei, Kecamatan Balaisang Tanjung, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) dikabarkan meninggal dunia akibat kelaparan.
Hal itu diketahui dari salah seorang warga bernama Harjo, 38. Harjo sendiri adalah korban, asal Desa Malei, tentangga desa korban yang disebutkan meninggal karena kelaparan. Harjo menceritakan bagaimana kondisi memperihatikan ribuan warga korban bencana di tujuh desa di kecamatan Balaisang Tanjung, Donggala, yang tak tersentuh bantuan logistik, berimbas dengan meninggalnya satu orang korban.
Sebelum diketahui meninggal dunia, sambungnya, warga tersebut sempat turun ke kampung untuk mencari makanan. Tetapi sebagian warga di kampung yang mempunyai kios penjual beras juga turut mengungsi. Sehingga tidak sempat membeli beras.
“Saya kurang tahu usia tepatnya itu berapa tapi yang jelas dia itu laki-laki baru sudah lanjut usia. Diperkirakan mati kepalaran karena paginya, dia turun ke kampung cari makanan. Jadi sorenya begitu langsung meninggal diperkirakan mati kelaparan,” Harjo bercerita saat ditemui di Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu,

Comments

Popular posts from this blog

Perjuangan Hidup Korban Gempa Palu dan Gelombang Tsunami

Sekolah Kembali Dibangun Pasca Gempa Lombok

80 Persen Site BTS Telkom Telah Pulih